KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan Semesta Alam yang telah menciptakan alam beserta hukum-hukumnya, melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dengan pertolonganNya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.
Sholawat serta salam penyusun sanjungkan untuk junjungan kami Nabi
Muhammad SAW., beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya serta orang-orang
yang mengikuti ajarannya.
Semoga jasa baik semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini memperoleh imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Penyusun sadar kalau dalam penulisan ini tentu masih banyak kekurangan dan kelebihan karena keterbatasan, kemampuan, pengetahuan dan juga pengalaman yang penyusun miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan skripsi ini dan semoga bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Hanya kepada Allah kami bertawakal dan berserah diri.
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pencak silat, sebagai olahraga juga merupakan olah kanuragan yang digunakan untuk meningkatkan kualitas fisik sekaligus psikis. Tidak jarang olah kanuragan ini juga dipakai sebagai sarana pendakian spiritualitas.
Ciri khusus pada Pencak Silat adalah bagian kesenian yang di daerah-daerah tertentu terdapat tabuh iringan musik yang khas. Pada jalur kesenian ini terdapat kaidah-kaidah gerak dan irama yang merupakan suatu pendalaman khusus (skill). Pencak Silat sebagai seni harus menuruti ketentuan-ketentuan, keselarasan,keseimbangan, keserasian antara wirama, wirasa dan wiraga.
Di beberapa daerah di Indonesia Pencak Silat ditampilkan hampir semata-mata sebagai seni tari, yang samasekali tidak mirip sebagai olahraga maupun bela diri. Misalnya tari serampang dua belas di Sumatera Utara, tari Randai di Sumatera Barat dan tari Ketuk Tilu di Jawa Barat. Para penari tersebut dapat memperagakan tari itu sebagai gerak bela diri yang efektif dan efisien untuk menjamin keamanan pribadi.
Pengembangan Pencak Silat sebagai olahraga dan pertandingan (Championships) telah dirintis sejak tahun 1969, dengan melalui percobaan-percobaan pertandingan di daerah-daerah dan di tingkat pusat. Pada PON VIII tahun 1973 di Jakarta telah dipertandingkan untuk pertama kalinya yang sekaligus merupakan Kejuaraan tingkat Nasional yang pertama pula. Masalah yang harus dihadapi adalah banyaknya aliran serta adanya unsur-unsur yang bukan olahraga yang sudah begitu meresapnya di kalangan Pencak Silat.
Dengan kesadaran para pendekar dan pembina Pencak Silat serta usaha yang
terus menerus maka sekarang ini program pertandingan olahraga merupakan bagian yang penting dalam pembinaan Pencak Silat pada umumnya Pencak, dapat mempunyai pengertian gerak dasar bela diri, yang terikat pada peraturan dan digunakan dalam belajar, latihan dan pertunjukan. Sedangkan silat, mempunyai pengertian gerak bela diri yang sempurna, yang bersumber pada kerohanian yang suci murni, guna keselamatan diri atau kesejahteraan bersama, menghindarkan diri/ manusia dari bela diri atau bencana. Dewasa ini istilah pencak silat mengandung unsur-unsur olahraga, seni, bela diri dan kebatinan. Definisi pencak silat selengkapnya yang pernah dibuat PB. IPSI adalah sebagai berikut :
“Pencak adalah gerak bela-serang, yang teratur menurut sistem, waktu, tempat, dan iklim dengan selalu menjaga kehormatan masing-masing secara ksatria, tidak mau melukai perasaan. Jadi pencak lebih menunjuk pada segi lahiriah. Silat adalah gerak-bela-serang yang erat hubungannya dengan rohani, sehingga menghidup suburkan naluri,menggerakkan hati nurani manusia, langsung menyerah kepada Tuhan Yang Maha Esa”
SEJARAH PENCAK SILAT DI INDONESIA
A. Sejarah Silat dan Peradaban
Pencak Silat sebagai bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia berkembang sejalan dengan sejarah masyarakat Indonesia. Dengan aneka ragam situasi geografis dan etnologis serta perkembangan zaman yang dialami oleh bangsa Indonesia, Pencak Silat dibentuk oleh situasi dan kondisinya.
Kini Pencak Silat kita kenal dengan wujud dan corak yang beraneka ragam, namun mempunyai aspek-aspek yang sama. Pencak Silat merupakan unsur-unsur kepribadian bangsa Indonesia yang dimiliki dari hasil budi daya yang turun temurun. Sampai saat ini belum ada naskah atau himpunan mengenai sejarah pembelaan diri bangsa Indonesia yang disusun secara alamiah dan dapat dipertanggung jawabkan serta menjadi sumber bagi pengembangan yang lebih teratur.
Hanya secara turun temurun dan bersifat pribadi atau kelompok latar belakang dan sejarah pembelaan diri inti dituturkan. Sifat-sifat ketertutupan karena dibentuk oleh zaman penjajahan di masa lalu merupakan hambatan pengembangan di mana kini kita yang menuntut keterbukaan dan pemassalan yang lebih luas.
Sejarah pencak silat di Indonesia dapat dibagi dalam beberapa masa,
yaitu:
1. Masa Sebelum Penjajahan Belanda
Nenek moyang kita telah mempunyai peradaban yang tinggi, sehingga dapat berkembang menjadi rumpun bangsa yang maju. Daerah-daerah dan pulau-pulau yang dihuni berkembang menjadi masyarakat dengan tata pemerintahan dan kehidupan yang teratur. Tata pembelaan diri di zaman tersebut yang terutama didasarkan kepada kemampuan pribadi yang tinggi, merupakan dasar dari sistem pembelaan diri, baik dalam menghadapi perjuangan hidup maupun dalam pembelaan berkelompok. Para ahli pembelaan diri dan pendekar mendapat tempat yang tinggi di masyarakat. Begitu pula para empu yang membuat senjata pribadi yang ampuh seperti keris, tombak dan senjata khusus. Pasukan yang kuat di zaman Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit serta kerajaan lainnya di masa itu terdiri dari prajurit-prajurit yang mempunyai keterampilan pembelaan diri individual yang tinggi. Pemupukan jiwa keprajuritan dan kesatriaan selalu diberikan untuk mencapai keunggulan dalam ilmu pembelaan diri.
Untuk menjadi prajurit atau pendekar diperlukan syarat-syarat dan latihan yang mendalam di bawah bimbingan seorang guru. Pada masa perkembangan agama Islam ilmu pembelaan diri dipupuk bersama ajaran kerohanian. Sehingga basis-basis agama Islam terkenal dengan ketinggian ilmu bela dirinya. Jelaslah, bahwa sejak zaman sebelum penjajahan Belanda kita telah mempunyai sistem pembelaan diri yang sesuai dengan sifat dan pembawaan bangsa Indonesia.
2. Masa Penjajahan Belanda
Suatu pemerintahan asing yang berkuasa di suatu negeri jarang sekali memberi perhatian kepada pandangan hidup bangsa yang diperintah. Pemerintah Belanda tidak memberi kesempatan perkembangan Pencak Silat atau pembelaan diri Nasional, karena dipandang berbahaya terhadap kelangsungan penjajahannya. Larangan berlatih bela diri diadakan bahkan larangan untuk berkumpul dan berkelompok. Sehingga perkembangan kehidupan Pencak Silat atau pembelaan diri bangsa Indonesia yang dulu berakar kuat menjadi kehilangan pijakan kehidupannya. Hanya dengan sembunyi-sembunyi dan oleh kelompok-kelompok kecil Pencak Silat dipertahankan. Kesempatan-kesempatan yang diijinkan hanyalah berupa pengembangan seni atau kesenian semata-mata masih digunakan di beberapa daerah, yang menjurus pada suatu pertunjukan atau upacara saja.
Hakekat jiwa dan semangat pembelaan diri tidak sepenuhnya dapat berkembang. Pengaruh dari penekanan di zaman penjajahan Belanda ini banyak mewarnai perkembangan Pencak Silat untuk masa sesudahnya.
3. Masa Pendudukan Jepang
Politik Jepang terhadap bangsa yang diduduki berlainan dengan politik Belanda. Terhadap Pencak Silat sebagai ilmu Nasional didorong dan dikembangkan untuk kepentingan Jepang sendiri, dengan mengobarkan semangat pertahanan menghadapi sekutu. Di mana-mana atas anjuran Shimitsu diadakan pemusatan tenaga aliran Pencak Silat. Di seluruh Jawa serentak didirikan gerakan Pencak Silat yang diatur oleh Pemerintah. Di Jakarta pada waktu itu telah diciptakan oleh para pembina Pencak Silat suatu olah raga berdasarkan Pencak Silat, yang diusulkan untuk dipakai sebagai gerakan olahragapada tiap-tiap pagi di sekolah-sekolah. Usul itu ditolak oleh Shimitsu karena khawatir akan mendesak Taysho, Jepang. Sekalipun Jepang memberikan kesempatan kepada kita untukmenghidupkan unsur-unsur warisan kebesaran bangsa kita, tujuannya adalah untuk mempergunakan semangat yang diduga akan berkobar lagi demi kepentingan Jepang sendiri bukan untuk kepentingan Nasional kita.
Namun kita akui, ada juga keuntungan yang kita peroleh dari zaman itu. Kita mulai insyaf lagi akan keharusan mengembalikan ilmu Pencak Silat pada tempat yang semula didudukinya dalam masyarakat kita.
4. Masa Kemerdekaan
Walaupun di masa penjajahan Belanda Pencak Silat tidak diberikan tempatuntuk berkembang, tetapi masih banyak para pemuda yang mempelajaridanmendalami melalui guru-guru Pencak Silat, atau secara turun-temurun di lingkungan keluarga. Jiwa dan semangat kebangkitan nasional semenjak Budi Utomo didirikan mencari unsur-unsur warisan budaya yang dapat dikembangkan sebagai identitas Nasional.
Melalui Panitia Persiapan Persatuan Pencak Silat Indonesia maka padatanggal 18 Mei 1948 di Surakarta terbentuklah IPSI yang diketuai oleh Mr. Wongsonegoro.Program utama disamping mempersatukan aliran-aliran dan kalangan Pencak Silat di seluruh Indonesia, IPSI mengajukan program kepada Pemerintah untuk memasukkan pelajaran Pencak Silat di sekolah-sekolah.
Usaha yang telah dirintis pada periode permulaan kepengurusan di tahun lima puluhan, yang kemudian kurang mendapat perhatian, mulai dirintis dengan diadakannya suatu Seminar Pencak Silat oleh Pemerintah pada tahun 1973 di Tugu, Bogor. Dalam Seminar ini pulalah dilakukan pengukuhan istilah bagi seni pembelaan diri bangsa Indonesia dengan nama "Pencak Silat" yang merupakan kata majemuk. Di masa lalu tidak semua daerah di Indonesia menggunakan istilah Pencak Silat. Di beberapa daerah di jawa lazimnya digunakan nama Pencak sedangkan di Sumatera orang menyebut Silat. Sedang kata pencak sendiri dapat mempunyai arti khusus begitu juga dengan kata silat. Pencak, dapat mempunyai pengertian gerak dasar bela diri, yang terikat pada peraturan dan digunakan dalam belajar, latihan dan pertunjukan.
Silat, mempunyai pengertian gerak bela diri yang sempurna, yang bersumber pada kerohanian yang suci murni, guna keselamatan diri atau kesejahteraan bersama, menghindarkan diri/ manusia dari bela diri atau bencana. Dewasa ini istilah pencak silat mengandung unsur-unsur olahraga, seni, bela diri dan kebatinan.
Definisi pencak silat adalah sebagai berikut :
Pencak Silat adalah hasil budaya manusia Indonesia untukmembela/mempertahankan eksistensi (kemandirian) dan integritasnya (manunggalnya) terhadap lingkungan hidup/alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan hidup guna meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
B. Sejarah Silat dan Peranannya Sebagai Alat Perjuangan Bangsa
Pencak silat tidak diragukan lagi merupakan salah satu budaya bangsa yang sangat berperan dalam sejarah perjuangan bangsa ini dari sejak jamankolonialisme sampai jaman perang kemerdekaan.
1. Awal Mula
Sejarah mencatat bahwa manusia mengembangkan kemampuan bela diri untuk bertahan hidup, kemampuan bela diri ini sudah ada sejak zaman dahulu kala. Beberapa aliran kuno di nusantara memiliki hikayat dan mitos bagaimana aliran itu di ciptakan yang sebagian besar nenek moyang kita belajar bela diri kepada binatang atau mengikuti tingkah polah binatang (seperti pada mitos Silat Cimande, Silat Bawean, Silat Melayu).Sebagian besar dilukiskan belajar pada tingkah binatang seperti monyet, macan, ular dan burung.
Beladiri pada perkembangannya digunakan pula sebagai alat untuk memperluas kekuasaan dan mempertahankan kedaulatan kelompok masyarakat yang pada akhirnya pemahaman dan penguasaan bela diri dan kesaktian menjadi sarat untuk menentukan posisi sosial dan politik di masyarakat kala itu. Demikian pula dengan kerajaan-kerajaan di nusantara dimana bela diri ini di ajarkan di lingkungan terbatas dan tidak di ajarkan secara bebas kepada masyarakat umum.
Tercatat kerajaan-kerajaan seperti Sriwijaya dan Majapahit kala itu memilikibala tentara yang sangat cakap dalam berperang dan ahli dalam bela diri sehingga bisa memiliki wilayah kekuasaan yang sangat luas pada jamannya. Demikian pula dengan kerajaan Sunda Pajajaran yang tercatat pernah mengalami pertikaian dengan Majapahit pada kasus Puputan Bubat dimana tercatat dalam sejarah semua pengiring putri Pajajaran bertempur sampai darah penghabisan dengan menggunakan paling tidak 7 jurus silat yang di kuasai para pasukan Pajajaran kala pertempuran Bubat terjadi.
2. Pengajaran silat
Pencak silat mulai berkembang dan melembaga sebagai salah satu mata pelajaran pada masa itu hanya di ajarkan di lingkungan keraton dan lembaga Mandala. Di keraton dan istana silat diajarkan pada lingkungan keluarga istana, penggawa sampai pasukan perang. Sedangkan di Mandala, silat dan ilmu kebatinan di ajarkan para pendeta dan rohaniawan kala itu, rakyat jelata tidak bisa belajar bela diri begitu saja. Ada status social dan ada aturan yang membatasi penyebaran ilmu bela diri dan kanuragan pada masa itu. Pada masa awal Islam masuk ke bumi nusantara kebiasaan pengajaran bela diri di wiyatamanda ini dilanjutkan, dengan mengajarkan juga silat dan bela diri di lingkungan pesantren guna membantu penyebaran agama islam kala itu. Sehingga akhirnya rakyat bisa mendalami pencak silat ini dan peranan pesantren dan kerajaan islam kala itusangat besar dalam membantu penyebaran silat di nusantara. Kebiasaan ini melekat sampai sekarang, budaya shalat dan silat masih di pegang teguh pada silat betawi dan Sumatra, kebiasaan berlatih silat di halaman surau setelah shalat Isya sampai jam 24 malam menjadi hal yang biasa. Keterikatan antara guru dan murid disimbolkan dengan pengangkatan anak sasian pada silat Minang, dimana murid di angkat sebagai anak dari guru. Istilah “lahir silat mencari kawan dan batin silat mencari tuhan” menjadi sangat popular di tanah Minang. Bahkan tinggal di surau dan bersilat sudah merupakan ‘Live Style‘ bagi para pemuda Minang kala itu.
3. Masa kolonialisme
Silat mulai digunakan sebagai alat perjuangan ketika masa kolonialisme, dimulai dengan pengusiran pasukan Portugis dari Batavia oleh pasukan Demak di bawah pimpinan Fatahilah, tercatat puluhan ribu pasukan dari Mataram, Cirebon dan sekitarnya bergerak guna menghalau pasukan Portugis dari Batavia. Belum lagi perjuangan masyarakat Banten dalam mengusir Belanda yang menghasilkan kebudayaan Debus. Kebudayaan ini dulu di gunakan untuk meningkatkan kepercayaan diri pasukan Banten dalam melawan pasukan Belanda. Pertempuran antara Banten dan Belanda ini berakhir setelah Belanda melakukan politik adu domba yang mengakibatkan ratanya istana kerajaan Banten. Perjuangan melawan kolonialisme tidak luput dari penggunaan silat sebagai alat untuk membela bangsa kala itu, tercatat pertempuran yang paling besar dalam sejarah kolonalisme Belanda adalah perang Diponegoro yang menyebabkan kebangkrutan dari VOC.
Kyai Mojo yang merupakan guru sekaligus penasehat spiritual Pangeran Diponegoro berhasil ditangkap oleh Belanda dan di buang ke daerah Tondano di Sulawesi utara. Di Tondano ini beliau tinggal di daerah Jaton (Jawa Tondano) beserta para pengikutnya yang kemudian mengajarkan pelajaran agama dan bela diri pada masyarakat sekitar yang sampai saat ini masih dilestarikan dan dikenal dengan Silat Tondano yang sampai sekarang masih dikembangkan dengan nama “Perguruan Satria Kyai Maja”.
Pada masa kolonialisme pengajaran silat di awasi dengan ketat karena di anggap membahayakan keberadaan penjajah kala itu, intelijen sangat memperhatikan siapa saja yang bisa silat dan mengajarkan silat kepada masyarakat dianggap membahayakan dan dijebloskan ke penjara.Ini sangat berpengaruh pada pola pengajaran pencak silat, sehingga pengajaran silat bela diri mulai sembunyi-sembunyi dan biasanya di ajarkan dalam kelompok kecil dari rumah ke rumah pada malam hari.
Belanda juga memanfaatkan para jawara dan ahli silat yang mau bekerja sama dengan Belanda untuk menjadi opas dan centeng guna menjaga kepentingan para meneer dan tuan tanah kala itu, sehingga tidak jarang terjadi pertikaian dan pertempuran antara para jawara silat ini dengan para pendekar pembela rakyat jelata. Kisah pitung menjadi satu legenda yang terkenal di masyarakat Betawi karena keberaniannya melawan para jawara dan kompeni guna membantu rakyat yang lemah.
Karena pengawasan sosial ini pulalah, maka mulailah dikembangkan silat seni dan ibingan, guna menutupi kesan silat sebagai bela diri, Atraksi ibingan silat ini sangat terkenal dan di tunggu-tunggu oleh masyarakat. Orang bisa melihat atraksi silat di upacara perkawinan atau khitanan bahkan pasar malam tanpa di ganggu oleh pihak keamanan pada saat itu karena di anggap sebagai hiburan.
Disinilah mulai di kenal istilah silat kembagan (atau kembang) yang biasanya ditujukan pada silat ibingan dan silat buah yang ditujukan pada silat sebagai bela diri.
4. Kesadaran Nasionalisme
Dimulai dengan adanya kesadaran politik baru pada awal abad XX dan kebijaksanaan Belanda yaitu Etische politiek, yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat lewat berbagai program khususnya pendidikan, Peningkatan peranan desa dan di bentuknya polisi desa. Memiliki pengaruh pada pola pengajaran silat pada masa itu, silat sudah mulai di ajarkan di sekolah-sekolah dasar (desascholen), bahkan kalangan yang dekat dengan Belanda seperti priyayi, amtenaren, KNIL bahkan marechausse pasukan khusus Belanda kala itu.
Berjalan dengan timbulnya rasa nasionalisme, maka timbul pula pertentangan di kalangan para pengajarpencak silat (perguruan) pada saat itu tentang siapakah yang berhak mempelajari silat ini. Bolehkah silat di ajarkan pada kaum bangsawan, amtenaren atau hanya untuk bumi putra? Kesadaran akan nasionalisme ini semakin menguat ketika pada tahun 1915 di buka kesempatan untuk mendirikan organisasi politik bagi kalangan bumi putra, pengajaran silat menjadi salah satu materi yang diajarkan di setiap organisasi ini. Seperti pada perkembangan awal Syarikat Islam di daerah Jawa yang diikuti oleh berdirinya persaudaraan Setya Hati oleh Ki Ngabehi Surodiwiryo yang menyebabkan Belanda sangat mengawasi perkembangan perguruan ini karena memiliki pengikut dan murid yang banyak sekali. Ki Ngabehi Surodiwiryo ini melatih para murid MULO yang pada akhirnya banyak yang menjadi tokoh nasionalis.Termasuk juga mantan Presiden Sukarno yang Tercatat pernah belajar silat kepada Ua Nampon di Bandung, ini menunjukkan betapa silat sangat berperan dalam meningkatkan rasa kepercayaan diri dan keberanian dalam membela kebenaran.
5. Masa Penjajaran Jepang
Pada masa penjajahan Jepang mulanya mengkhawatirkan silat di gunakan untuk melawan Jepang, namun ternyata tidak di semua tempat terjadi perlawanan terhadap Jepang (sang saudara tua). Akibatnya silat berkembang cukup baik di beberapa daerah bahkan pemerintah Jepang yang pada saat itu selain membawa budaya bela dirinya ke tanah air seperti karate, judo dan jujitsu.Mereka belajar silat dari para pendekar kita sehingga terjadi pertukaran budaya. Tentara PETA (pemuda pembela tanah air) diajarkan bela diri Jepang guna berperang melawan Sekutu. Silat mengalami masa militerisasi karena menjadi bagian dari pendidikan militer. Pengajaran silat dilakukan kepada tentara Dai Nippon dan pasukan peta dengan disiplin militer yang sangat ketat.
6. Masa Perjuangan Kemerdekaan
Silat menjadi bagian yang tidak bisa di pisahkan dalam perang fisik melawan Sekutu dan Jepang, Sebagai salah satu contoh adalah hasil pendidikan PETA yang dienyam oleh I Gusti Ngurah Rai selama pendidikan di Jawa Barat yang kemudian di ajarkan secara sembunyi - sembunyi kepada pasukannya, pendidikan silat ini sangat berpengaruh dalam perjuangan bahkan pada bentuk silat khas Bali. Silat Bali sekarang banyak di pengaruhi oleh aliran silat dari Jawa Barat.
Pasukan Hisbullah yang di bentuk di pesantren Buntet Cirebon selain mendapatkan pelatihan yang berat selama Pendidikan PETA, para tokoh ulama dan jawara bergabung dalam pasukan ini guna melawan penjajahan Belanda. Pasukan Hisbullah yang di kenal dengan pasukan Hizbullah Resimen XII Divisi I Syarif Hidayat ikut juga bertempur pada tanggal 10 November di Surabaya, dan berperan serta aktif ketika terjadi gencatan senjata dalam perjanjian Renville.
Demikian sekilas tentang perkembangan silat dan kaitannya dalam perjuangan bangsa, masih banyak lagi peranan silat dalam membangkitkan semangat juang para pejuang dan pendekar dalam membela kemerdekaan bangsa ini semasa revolusi fisik dulu.
C. Aliran dan Perguruan Pencak Silat
Di Indonesia terdapat banyak aliran dan perguruan pencak silat. Masing-masing aliran mempunyai karakteristik yang berbeda, namun begitu pada intinya tetaplah sama, berakar pada ilmu bela diri, pencak silat. Di antara aliran-aliran dan perguruan pencak silat tersebut adalah
1. Perisai Diri
Keluarga Silat Nasional Indonesia Perisai Diri atau lebih dikenal dengan sebutan Perisai Diri atau PD merupakan organisasi Bela diri silat yang berasal dari Indonesia yang memiliki teknik bela diri yang digali dari kungfu shaolin dan 156 aliran silat Indonesia, di sari sedemikian rupa sehingga menjadi teknik bela diri paling efektif dan sesuai dengan anatomi tubuh manusia. Dengan mempelajari Perisai Diri, selain memiliki skill bela diri, siswa juga akan memiliki karakter seorang ksatria yang berani, cakap, dan bermental baja. Dengan metode yang disesuaikan dengan kompetensi fisik masing-masing siswa, latihan bela diri bukan lagi menjadi penyiksaan fisik melainkan pembentukan tubuh, jiwa dan pikiran yang seimbang.
Teknik silat Indonesia yang diciptakan oleh Pak Dirdjo (mendapat
penghargaan pemerintah sebagai Pendekar Purna Utama) yang pernah mempelajari lebih dari 150 aliran silat nusantara dan mempelajari aliran kungfu siauw liem sie (shaolin) selama 13 tahun. Teknik praktis dan efektif berdasar pada elakan yang sulit ditangkap dan serangan perlawanan kekuatan maksimum. Saat ini merupakan silat yang paling dikenal dan banyak anggotanya di Australia, Eropa, Jepang dan Amerika Serikat.
Pak Dirdjo (panggilan akrab RM Soebandiman Dirdjoatmodjo) lahir di Yogyakarta, tanggal 8 Januari 1913 di lingkungan Keraton Pakoe Alam. Beliau adalah putra pertama dari RM Pakoesoedirdjo, buyut dari Pakoe Alam II. Sejak berusia 9 tahun beliau telah dapat menguasai ilmu pencak silat yang ada di lingkungan keraton sehingga mendapat kepercayaan untuk melatih teman-temannya di lingkungan daerah Pakoe Alaman. Di samping pencak silat beliau juga belajar menari di Istana Pakoe Alam sehingga berteman dengan Saudara Wasi dan Bagong Kusudiardjo.
Karena ingin meningkatkan kemampuan ilmu silatnya, pada tahun 1930 setamat HIK beliau meninggalkan Yogyakarta untuk merantau tanpa membawa bekal apapun dengan berjalan kaki. Tempat yang dikunjunginya pertama adalah Jombang, Jawa Timur. Di sana beliau belajar silat pada Bapak Hasan Basri, sedangkan pengetahuan agama diperoleh dari Pondok Pesantren Tebuireng.
Setelah menjalani gemblengan keras dengan lancar dan dirasa cukup, beliau kembali ke barat. Sampai di Solo beliau belajar pada Bapak Sayid Sahab. Beliau juga belajar kanuragan pada kakeknya, Jogosurasmo.
Tujuan berikutnya adalah Semarang, di sini beliau belajar pada Bapak Soegito dari aliran Setia Saudara. Dilanjutkan dengan mempelajari ilmu kanuragan di Pondok Randu Gunting Semarang. Dari sana beliau menuju Cirebon setelah singgah terlebih dahulu di Kuningan. Di sini beliau belajar lagi ilmu silat dan kanuragan dengan tidak bosan-bosannya selalu menimba ilmu dari berbagai guru. Selain itu beliau juga belajar silat Minangkabau dan silat Aceh. Beliau pun mulai meramu ilmu silat sendiri. Pak Dirdjo lalu menetap di Parakan, Banyumas, dan pada tahun 1936 membuka perkumpulan pencak silat dengan nama Eka Kalbu. Setelah puas merantau, beliau kembali ke tanah kelahirannya, Yogyakarta. Ki Hajar Dewantoro yang masih Pakde-nya, meminta Pak Dirdjo melatih di lingkungan Perguruan Taman Siswa di Wirogunan. Tahun 1954 Pak Dirdjo pindah dinas ke Kota Surabaya. Di sinilah, dengan dibantu oleh Bapak Imam Romelan, beliau membuka dan mendirikan kursus pencak silat Keluarga Silat Nasional Indonesia PERISAI DIRI pada tanggal 2 Juli 1955.Pengalaman yang diperoleh selama merantau dan ilmu silat Siauw Liem Sie yang dikuasainya kemudian dicurahkannya dalam bentuk teknik yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anatomi tubuh manusia, tanpa ada unsur memperkosa gerak. Semuanya berjalan secara alami dan dapat dibuktikan secara ilmiah. Dari mulai didirikan hingga kini teknik silat Perisai Diri tidak pernah berubah, berkurang atau bertambah. Dengan motto Pandai Silat Tanpa Cedera, Perisai Diri diterima oleh berbagai lapisan masyarakat untuk dipelajari sebagai ilmu bela diri . Tanggal 9 Mei 1983, pak Dirdjo wafat. Tanggung jawab untuk melanjutkan teknik dan pelatihan silat Perisai Diri beralih kepada para murid-muridnya yang kini telah menyebar ke seluruh pelosok tanah air dan beberapa negara di Eropa, Amerika dan Australia. Untuk menghargai jasanya, pada tahun 1986 pemerintah menganugerahkan gelar Pendekar Purna Utama bagi Bapak RM Soebandiman Dirdjoatmodjo.Sebagai anggota Perisai Hati akan mendapatkan didikan bela diri dengan metode pelatihan praktis yaitu Latihan Serang Hindar. Pada latihan ini akan diajarkan cara menyerang dan menghindar yang paling efisien, cepat, tepat, tangkas, deras dan bijaksana. Sekalipun berhadapan langsung dengan lawan, kemungkinan cedera amat kecil karena setiap siswa dibekali prinsip-prinsip dasar dalam melakukan serangan dan hindaran. Resiko kecil pada metode Serang Hindar inilah yang melahirkan motto Pandai Silat Tanpa Cedera. Dengan motto inilah Perisai Diri menyusun program pendidikan dengan memperhatikan faktor psikologis dan kurikulumnya.
Dalam silat Perisai Diri terdapat Teknik Kombinasi dan Teknik Asli. Teknik Asli dalam silat Perisai Diri sebagian besar diambil dari aliran Siauw Liem Sie. Dengan kreativitas Pak Dirdjo, yang mirip hanyalah sikap awalnya saja, sedangkan gerakan maupun implementasinya sudah dijiwai oleh karakter pencak silat Indonesia. Hal ini yang menjadikan ilmu silat Perisai Diri mempunyai sifat unik, tidak ada kemiripan dengan silat yang lain. Disebut Asli karena mempunyai frame tersendiri, bukan merupakan kombinasi dari beberapa aliran silat. Adapun teknik Asli dalam silat Perisai Diri antara lain: Burung Mliwis, Burung Kuntul, Burung Garuda, Lingsang, Kuda Kuningan, Setria Hutan, Harimau, Naga, Setria, Pendeta, dan Putri.
2. Merpati Putih.
Merpati Putih (MP) merupakan salah satu perguruan pencak silat bela diri Tangan Kosong (PPS Betako) dan merupakan salah satu aset budaya bangsa, mulai terbentuk aliran jenis bela diri ini pada sekitar tahun 1550-an dan perlu dilestarikan serta dikembangkan selaras dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi dewasa ini. Saat ini MP merupakan salah satu anggota Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSI) dan Martial Arts Federation For World Peace (MAFWP) serta Persekutuan Pencak Silat Antar Bangsa atau PERSILAT (International Pencak Silat Federation). Arti dari Merpati Putih itu sendiri adalah suatu singkatan dalam bahasa Jawa, yaitu: Mersudi Patitising Tindak Pusakane Titising Hening yang dalam bahasa Indonesia berarti "Mencari sampai mendapat Kebenaran dengan Ketenangan" sehingga diharapkan seorang Anggota Merpati Putih akan menyelaraskan hati dan pikiran dalam segala tindakannya. Selain itu PPS Betako Merpati Putih mempunyai motto: "Sumbangsihku tak berharga, namun Keikhlasanku nyata".Merpati putih (MP) merupakan warisan budaya peninggalan nenek moyang Indonesia yang pada awalnya merupakan ilmu keluarga Keraton yang diwariskan secara turun menurun, yang pada akhirnya atas wasiat Sang Guru ilmu Merpati Putih diperkenankan dan disebarluaskan dengan maksud untuk ditumbuhkembangkan agar berguna bagi negara. Awalnya aliran ini dimiliki oleh Pangeran Prabu Mangkurat di Kartosuro kemudian ke BPH Adiwidjojo (Grat I). Lalu setelah Grat ke tiga, R. Ay.
Djojoredjoso ilmu yang diturunkan dipecah menurut spesialisasinya sendiri-sendiri, seni bela diri ini mempunyai dua saudara lainnya. yaitu bergelar Gagak Samudro dan Gagak Seto. Gagak Samudro diwariskan ilmu pengobatan, sedangkan Gagak Seto ilmu sastra. Dan untuk seni bela diri diturunkan kepada Gagak Handoko (Grat IV). Dari Gagak Handoko inilah akhirnya turun temurun ke Mas Saring lalu Mas Poeng dan Mas Budi menjadi PPS Betako Merpati Putih. Hingga kini, kedua saudara seperguruan lainnya tersebut tidak pernah diketahui keberadaan ilmunya dan masih tetap dicari hingga saat ini di tiap daerah di tanah air guna menyatukannya kembali. Pada awalnya ilmu bela diri Pencak Silat ini hanya khusus diajarkan kepada Komando Pasukan Khusus di tiap kesatuan ABRI dan Polisi serta Pasukan Pengawalan Kepresidenan (Paspampres). Didirikan pada tanggal 2 April 1963 di Yogyakarta, mempunyai kurang lebih 35 cabang dengan kolat (kelompok latihan) sebanyak 415 buah (menurut data tahun 1993) yang tersebar di seluruh Nusantara dan saat ini mempunyai anggota sebanyak satu juta orang lulusan serta yang masih aktif sekitar 100 ribu orang dan tersebar di seluruh Indonesia. Sang Guru Merpati Putih adalah Bapak Saring Hadi Poernomo, sedangkan pendiri Perguruan dan Guru Besar sekaligus pewaris ilmu adalah Purwoto Hadi Purnomo (Mas Poeng) dan Budi Santoso Hadi Purnomo (Mas Budi) sebagai Guru Besar terakhir yaitu generasi ke sebelas (Grat XI). PPS Betako Merpati Putih berasal dari seni bela diri keraton. Termasuk diantaranya adalah Pangeran Diponegoro. Amanat Sang Guru, seorang Anggota Merpati putih haruslah mengemban amanat Sang Guru yaitu : memiliki rasa jujur dan welas asih, percaya pada diri sendiri, keserasian dan keselarasan dalam penampilan sehari-hari, dan menghayati dan mengamalkan sikap itu agar menimbulkan Ketaqwaan kepada Tuhan. Hingga tahun 1998 PPS Betako Merpati Putih masih hanya untuk Warga Negara Indonesia saja. Namun karena minat dari luar negeri sangat banyak dan antusias, MP mulai membuka diri untuk menerima anggota dari luar negeri. Adalah Nate Zeleznick dan Mike Zeleznick sebagai orang berkulit putih pertama yang diajarkan pencak silat ini pada tahun 1999 dan menjadi Guru Merpati Putih Pertama di Amerika. Pada awal bulan Oktober 2000 Mas Pung dan Mas Budi meresmikan American School of Merpati Putih yang pertama berlokasi di Ogden City Mall, Utah. MP adalah satu-satunya Pencak Silat yang diselidiki secara ilmiah mengenai masalah adanya tenaga dalam.Latihan Merpati Putih mementingkan aspek bela diri tanpa senjata/tangan kosong. Bagian-bagian tubuh manusia dapat digunakan sebagai senjata yang tak kalah ampuhnya dengan senjata sesungguhnya. Tetapi walaupun begitu pada anggota Merpati Putih secara ekstra kurikuler (bukan kurikulum latihan) diperkenalkan senjata, sifat dan karakteristik senjata, cara menghadapi dan sebagainya. Selain Betako, Merpati Putih menggunakan tenaga dalam asli manusia, yaitu dengan permainan napas. Pada orang biasa, tenaga asli tersebut dapat dilihat dan digunakan hanya pada saat orang bersangkutan dalam kondisi terdesak saja. Sebagai kegiatan rutin, para anggota berlatih paling tidak dua kali dalam seminggu di suatu Kelompok Latihan atau biasa disebut Kolat. Setiap kali latihan memakan waktu sekitar kurang-lebih dua jam. Pada tiap tahun, yaitu tepatnya setiap Tahun Baru 1 Suro atau 1 Muharam, seluruh anggota dari Sabang sampai Merauke diperbolehkan mengikuti dan berkumpul bersama-sama anggota lainnya di Yogyakarta, tepatnya di pantai Parang Kusumo untuk latihan bersama dari semua Tingkatan. Juga diadakan Napak Tilas di daerah Bukit Manoreh.
Acara ini sudah merupakan tradisi di dalam perguruan pencak silat ini yang berguna untuk mengetahui dan dapat bertukar pikiran antar anggota satu dengan anggota lainnya.
3. Tapak Suci
Perguruan Seni bela diri Indonesia Tapak Suci Putera Muhammadiyah atau disingkat Tapak Suci, berdiri tanggal 31 Juli 1963 di
kampung Kauman, Yogyakarta. Keilmuannya terdiri dari pembinaan ragawi dan non-ragawi, termasuk Al Islam dan Ke-Muhammadiyah-an. Motto dari Tapak Suci adalah "Dengan Iman dan Akhlaq saya menjadi kuat, tanpa Iman dan Akhlaq saya menjadi lemah". Tradisi pencak silat sudah berurat-berakar di kalangan masyarakat Indonesia sejak lama. Sebagaimana seni bela diri di negara-negara lain, pencak silat yang merupakan seni beladiri khas Indonesia memiliki ciri khas tersendiri yang dikembangkan untuk mewujudkan identitas. Demikian pula bahwa seni bela diri pencak silat di Indonesia juga beragam dan memiliki ciri khas masing-masing. Tapak Suci sebagai salah satu varian seni bela diri pencak silat juga memiliki ciri khas yang bisa menunjukkan identitas yang kuat. Ciri khas tersebut dikembangkan melalui proses panjang dalam akar sejarah yang dilaluinya. Berawal dari aliran pencak silat Banjaran di Pesantren Binorong Banjarnegara pada tahun 1872, aliran ini kemudian berkembang menjadi perguruan seni bela diri di Kauman Yogyakarta karena perpindahan guru (pendekarnya), yaitu KH. Busyro Syuhada, akibat gerakan perlawanan bersenjata yang dilakukannya sehingga ia menjadi sasaran penangkapan yang dilakukan rezim kolonial Belanda. Di Kauman inilah pendekar KH.
Busyro Syuhada mendapatkan murid-murid yang tangguh dan sanggup mewarisi keahliannya dalam seni pencak silat. Perguruan seni pencak silat ini didirikan pada tahun 1925 dan diberi nama Perguruan cik auman yang dipimpin langsung oleh Pendekar M.A Wahib dan Pendekar A. Dimyati, yaitu dua orang murid yang tangguh dari KH. Busyro Syuhada. Perguruan ini memiliki landasan agama dan kebangsaan yang kuat. Perguruan ini menegaskan seluruh pengikutnya untuk bebas dari syirik (menyekutukan Tuhan) dan mengabdikan perguruan untuk perjuangan agama dan bangsa.Perguruan Cikauman banyak melahirkan pendekar-pendekar muda yang akhirnya mengembangkan cabang perguruan untuk memperluas jangkauan yang lebih luas dengan nama Perguruan Seranoman pada tahun 1930. Perkembangan kedua perguruan ini semakin hari semakin pesat dengan pertambahan murid yang cukup banyak. Murid-murid dari perguruan ini kemudian banyak menjadi anggota Laskar Angkatan Perang Sabil (APS) untuk melawan penjajah, dan banyak yang gugur dalam perlawanan bersenjata. Lahirnya pendekar-pendekar muda hasil didikan perguruan Cikauman dan Seranoman memungkinkan untuk mendirikan perguruan-perguruan baru, yang di antaranya ialah Perguruan Kasegu pada tahun 1951. Atas desakan murid-murid dari Perguruan Kasegu inilah inisiatif untuk menggabungkan semua perguruan silat yang sealiran dimulai. Pada tahun 1963, desakan itu semakin kuat, namun mendapatkan tentangan dari para ulama Kauman dan para pendekar tua yang merasa terlangkahi.
Dengan pendekatan yang intensif dan dengan pertimbangan bahwa harus ada kekuatan fisik yang dimiliki ummat Islam menghadapi kekuatan komunis yang melakukan provokasi terhadap ummat Islam, maka gagasan untuk menyatukan kembali kekuatan-kekuatan perguruan yang terserak ke dalam satu kekuatan perguruan dimulai. Seluruh perangkat organisasional dipersiapkan, dan akhirnya disepakati untuk menggabungkan kembali kekuatan-kekuatan perguruan yang terserak ke dalam satu kekuatan perguruan, yaitu mendirikan Perguruan Tapak Suci pada tanggal 31 Juli 1960 yang merupakan keberlanjutan sejarah dari perguruan-perguruan sebelumnya.Pada perkembangan selanjutnya, Perguruan Tapak Suci yang berkedudukan di Yogyakarta akhirnya berkembang di Yogyakarta dan daerah-daerah lainnya. Setelah meletusnya pemberontakan G30 S/PKI, pada tahun 1966 diselenggarakan Konferensi Nasional I Tapak Suci yang dihadiri oleh para utusan Perguruan Tapak Suci yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Pada saat itulah berhasil dirumuskan pemantapan organisasi secara nasional, dan Perguruan Tapak Suci dikem-bangkan lagi namanya menjadi Gerakan dan Lembaga Perguruan Seni Bela diri Indonesia Tapak Suci Putera Muhammadiyah. Dan pada Sidang Tanwir Muhammadiyah tahun 1967, Tapak Suci Putera Muhammadiyah ditetapkan menjadi organisasi otonom di lingkungan Muhammadiyah, karena Tapak Suci Putera Muhammadiyah juga mampu dijadikan wadah pengkaderan Muhammadiyah.
4. Hikmatul Iman
Lembaga Seni Bela Diri Hikmatul Iman (LSBD HI) merupakan perguruan bela diri yang didirikan oleh Dicky Zaenal Arifin di Bandung pada tanggal 20 April 1989, ada 3 materi utama yang diajarkan yaitu tenaga dalam, tenaga metafisik, dan ilmu silat. LSBD HI merupakan perguruan dengan aliran bela diri tersendiri dan tidak berafiliasi dengan perguruan manapun.Yayasan Hikmatul Iman adalah organisasi nirlaba yang didirikan pada tanggal 20 April 1989 di Bandung. Pada awal berdirinya yayasan ini berdomosili di Jl. Mohamad Toha no.113 Bandung hingga terakhir kali pada bulan September menetap di Jl. Rajamantri Kulon No.4 dan kemudian berpindah ke jl Rajamantri satu no. 3 bandung 40264Yayasan Hikmatul Iman Indonesia lahir melalui akta pendirian pada tanggal 20 April 1989 didirikan oleh Dicky Zainal Arifin yang sekaligus sebagai Guru Utama LSBD HI Indonesia. Pada awalnya lembaga ini bernama Al-Hikmatul Iman, namun dikarenakan menurut tata bahasa dinilai kurang tepat, nama tersebut diganti menjadi Hikmatul Iman. Yayasan Hikmatul Iman Indonesia mengemban misi untuk turut mengembangkan kehidupan pendidikan, sosial dan ekonomi, disamping itu pembinaan mental dan spiritual terhadap generasi muda dilakukan oleh yayasan ini sehungga ahklakul karimah dan ketaatan pribadi muslim tersentuh untuk menciptakan manusia yang cukup mampu ilmu dan amalnya guna pengembangan syi`ar Islam di zaman ini. Ada 3 materi utama yang diajarkan yaitu tenaga dalam, tenaga metafisik, dan ilmu silat. LSBD HI merupakan perguruan dengan aliran bela diri tersendiri dan tidak berafiliasi dengan perguruan manapun. Maksud dan tujuan pendirian yayasan Hikmatul Iman Indonesia adalah untuk: membina dan mengembangkan syiar Islam, membentuk pribadi yang berakhlakul karimah, menggalang pembinaan mental spiritual terhadap generasi muda guna membentuk manusia seutuhnya yang bertaqwa kepada Allah SWT, membantu pemerintah dalam pembangunan nasional, terutama di bidang pendidikan, sosial dan ekonomi, dan membantu program pemerintah dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat. Ilmu Silat yang diajarkan di LSBD HI memiliki jurus-jurus yang berbeda dengan perguruan lain. Di antaranya diajarkan teknik atau jurus-jurus dengan menggunakan senjata. Ada 18 senjata yang dipergunakan di LSBD HI. Selain itu ada satu senjata khas LSBD HI yang belum pernah diperkenalkan sebab terlalu berbahaya dan senjata tersebut termasuk ke dalam senjata rahasia. Dan sebenarnya, tangan serta kaki yang sudah terlatih adalah senjata yang sangat ampuh, apalagi bila dalampelaksanaannya digabungkan dengan Tenaga Dalam dan Tenaga Metafisik. Ada beberapa rahasia gerakan yang tidak dapat ditangkis oleh lawan meskipun lawan dalam keadaan siap. Jurus ini hanya ada di LSBD HI dan tidak diajarkan di perguruan-perguruan bela diri yang lain. Syarat yang paling utama dalam bertarung adalah mentalitas. Yaitu keberanian, Ketenangan dan kepercayaan diri, baru setelah itu adalah kemampuan. Kemampuan tanpa keberanian ibarat pisau tajam dalam sarungnya, tidak ada gunanya. Tetapi keberanian tanpa kemampuan adalah konyol. Jadi kedua-duanya harus bersatu. Kemampuan Anda akan memuncak dengan mentalitas yang tinggi, sebab dengan mentalitas yang baik Anda tidak akan ragu-ragu dalam memasukkan pukulan dan menghentakan tenaga. Dengan keberanian, Anda tidak akan takut saat bertarung.
Tidak seperti konsep-konsep bela diri perguruan silat sejenis, HI bukanlah berakar dari perkembangan bela diri tradisional melainkan lahir dari pengalaman-pengalaman dalam situasi bela diri modern. Konsep yang dikembangkan oleh perguruan ini adalah ilmu silat, tenaga dalam dan tenaga metafisik.
5. Pagar Nusa
Nama lengkap organisasi ini adalah Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama' Pagar Nusa disingkat IPSNU Pagar Nusa. Sedangkan Pagar Nusa sendiri merupakan akronim dari Pagar NU dan Bangsa. IPSNU Pagar Nusa adalah satu - satunya wadah yang sah bagi organisasi pancak silat di lingkangan Nahdlatul Ulama' berdasarkan keputusan Muktamar. Organisasi ini berstatus lembaga milik Nahdlatul Ulama' yang penyelenggaraan dan pertanggungjawabannya sama sebagaimana lembaga - lembaga NU lainnya. Status resmi kelembagaan inilah yang menjadikan Pagar Nusa wajib dilestarikan dan dikembangkan oleh seluruh warga NU dengan mengecualikan pencak silat atau bela diri lainnya. Segala kegiatan yang berhubungan dengan pencak silat dan bela diri dengan segenap aspeknya dari fisik sampai mental, dari pendidikan sampai sistem pengamanan dan lain - lain merupakan bidang garapan bagi lembaga ini. Pagar Nusa ber-Aqidah ala Ahlussunnah wal Jama'ah dengan asas organisasi Pancasila. Pagar Nusa mengusahakan : berlakunya Ajaran Islam berhaluan Ahlussunnah wal Jama'ah di tengah-tengah kehidupan negara kesatuan Repubil Indonesia yang ber-Pancasila. Selain itu Pagar Nusa juga melakukan pelestarian, pembinaan, dan pengembangan pencak silat baik seni, bela diri , mental spiritual, maupun olahraga / kesehatan khususnya di lingkungan NU maupun di lingkungan warga bangsa lain pada umumnya. Sejak LPSNU Pagar Nusa berdiri 3 Januari 1986, organisasi ini mengalami pasang surut dalam perjalanannya. Organisasi yang pertama kali berdiri berbentuk perguruan ini setelah beberapa kali melakukan Musyawarah Nasional dan Rakernas mengalami perubahan status sebagai Lembaga, lalu menjadi Badan Otonom kemudian kembali ke Lembaga lagi sesuai amanat Muktamar di masanya. Perubahan dan perkembangan tersebut tidak mengurangi bahkan menambah potensi Pagar Nusa di NU yang memang sangat kaya akan budaya pencak silat dan yang berkaitan dengan itu. Sebagai bagian dari organisasi NU, maka Pagar Nusa juga sudah menyebar luas seantero negeri. Wilayah yang sudah terbentuk meliputi seluruh Indonesia, kecuali Maluku dan Nusa Tenggara Timur. Di samping melaksanakan kegiatan rutin dan khusus yang berkaitan dengan tugas-tugas ke-NU-an maupun tugas keluar kemasyarakatan organisasi pencak silat ini telah berhasil menempatkan putra terbaiknya di Organisasi Pencak Silat Induk Nasional / Internasional, Perguruan Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia(PB IPSI) dan Perserikatan Silat Antara Bangsa (PERSILAT).
6. Cepedi (Cepat Pembelaan Diri)
CEPEDI adalah sebuah nama perguruan pencak silat di
Yogyakarta. CEPEDI merupakan singkatan dari Cepat Pembelaan Diri. Mula-mula CEPEDI diajarkan oleh Eyang Citro Mangkunegoro kepada muridnya al-Maghfurlah Eyang Muhammad Zain di Dagen Yogyakarta pertama kali tanggal 17 September 1922. Kemudian disebarkan oleh putranya Bapak Subchi M.Z. di Semarang. Dari Semarang sebarkan oleh Bapak Drs. Kasturi Al-Asady di Yogyakarta sejak tanggal 9 September 1971. Waktu itu Bapak Kasturi masih menjadi mahasiswa Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Kini CEPEDI mempunyai dua orang pendekar, yaitu Pendekar Drs. Kasturi al-Asady dan M. Syarif Hidayatullah, S.Ag. CEPEDI mempunyai prinsip yang biasa disebut Trilogi CEPEDI yaitu : Cepat, Tepat dan Mantap. Maksudnya cepat dalam bertindak, tepat dalam sasaran dan mantap dalam gerakan. Adapun viisi CEPEDI adalah sebagai sarana olaha raga dan seni, sebagai sarana untuk meraih prestasi, dan sebagai sarana dakwah Islamiyah. Sebagai anggota CEPEDI akan diajarkan tiga hal utama, yaitu: pertama, diajarkan ilmu bela diri tradisional yaitu pencak silat sebagai olahraga prestasi, Bela diri dan seni yang dapat dipertandingkan dan digunakan untuk membela diri. Kedua, diajarkan ilmu bela diri tenaga dalam yaitu perpaduan gerak oleh nafas dan dzikir sebagai metode pengungkapan dan pembangkitan tenaga dalam yang hasilnya tetap diyakini sebagai kekuatan ghaib yang berasal dari Allah SWT. Ketiga, diajarkan ilmu bela diri pembinaan mental spiritual yaitu dengan melakukan wirid tertentu dengan 3 laku yaitu melek, ngeleh,dan ngamal. Melek yakni dengan menghidupkan malam dan mengurangi tidur. Ngeleh yakni melakukan puasa. Ngamal yakni dengan melakukan shalatul lail,memperbaiki dan menyempurnakan ibadah wajib dan sunat, membaca wirid tertentu, shodaqoh, dan bentuk ibadah yang lainnya. Aktifitas atau latihan anggota CEPEDI biasanya dilakukan pada hari Minggu dan Kamis di auditorium IAIN dengan materi fisik dan gerakan dasar (jurus). Sedangkan hari Rabu di rumah Pendekar Kasturi, dengan materi Amaliyah (dzikir) Untuk meningkatkan kualitas anggota CEPEDI, maka setiap penerimaan siswa baru mereka diwajibkan untuk mengikuti DIKLATSAR (Pendidikan dan Latihan Dasar). Selanjutnya untuk mengetahui sejauhmana siswa menyerap dan memahami ilmu yang telah diajarkan, maka setiap 6 bulan sekali diadakan UKS (Ujian Kenaikan Sabuk) yang sebelumnya didahului dengan kegiatan Long March yang menempuh jarak minimal 25 kilometer. Di samping itu juga dilaksanakan Latihan Alam yang bertujuan untuk mengembangkan kepekaan siswa berlatih di alam bebas sekaligus refreshing.
CEPEDI juga mengadakan pertandingan persahabatan dengan berbagai aliran pencak silat, khususnya yang ada di Yogyakarta. Disamping itu untuk menyalurkan bakat, kreatifitas dan kemampuan selama latihan, diadakan kejuaraan Muhammad Zein Cup setiap setahun sekali yang merupakan event besar dan diikuti oleh seluruh cabang CEPEDI dan Perguruan Pencak Silat lainnya. Guna menunjang kelancaran kegiatan berlatih dan mencapai prestasi-prestasi, CEPEDI mempunyai beberapa sarana dan prasarana yang lengkap dan merupakan perguruan pencak silat yang memiliki peralatan terlengkap di Yogyakarta. Diantara peralatan yang tersedia di CEPEDI yaitu satu set matras (100 karet) dengan ukuran 10 x 10 meter, seperangkat lampu pertandingan, sand sac, target, body protector, skipping, track sand, golok, barbel, dan alat-alat pendukung lainnya. Adapun prestasi yang pernah diraih CEPEDI Yogyakarta antara lain: Juara umum I pertandingan pencak silat yang diselengarakan oleh PPS Panca Daya (1999), Juara umum II kejuaraan pencak silat antar perguruan se-DIY (1994), Juara umum II kejuaraan IPSI Kodya di SMA 8 (1995), Mendapat 2 emas dan 1 perak Kejuaraan IPSI kodya DIY (1998), Juara III kategori seni beregu putri dalam kejuaraan pencak silat antar perguruan tinggi se-Jawa Bali (1999), Juara umum I kejuaraan pencak silat Muhammad Zain Cup I se-DIY dan Jateng (2000), dan Juara II kejuaraan pencak silat Muhammad Zain Cup II se-Jawa (2001). Saat ini, CEPEDI berada di lingkungan institusi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Di sana ia menjadi salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) pertama dan tertua di UIN Sunan Kalijaga. Serta merupakan satu-satunya UKM pencak silat di lingkungan UIN Sunan Kalijaga yang resmi dan sah sehingga mendapat subsidi dari rektorat untuk kegiatannya. Sedangkan cabangnya adalah CEPEDI MI Sultan Agung dan CEPEDI Boyolali. Meskipun berada di lingkungan kampus dan menjadi UKM, CEPEDI juga menerima anggota dari luar civitas akademika. Selain aliran-aliran perguruan di atas, masih banyak aliran-aliran silat yang lainnya yang terdapat di Indonesia, seperti Pusaka Sakti Mataram Lakutama PPS Inti Ombak (perguruan pencak silat yang mengaju pada jaman mataram jogja dan bercampur dengan aliran madura berkembang dengan tujuan pelestarian budaya bangsa), Pencak Silat Pertempuran (aliran silat yang terdiri dari gabungan beberapa aliran, terutama Pencak Silat Pamur dan Silat Sterlak. Pengaruh silat Indo-Melayu lainnya termasuk: Seni Bela Diri Silat Jati Wisesa dan Raja Monyet Silat), Pencak Silat Gerakan Suci (merupakan pengembangan dari Pencak Silat Mande Muda), Silat Tunggal Hati Seminari-Tunggal Hati Maria (Organisasi Pencak Silat bernafaskan agama Katolik, didrikan oleh 7 dewan pendiri, termasuk Rm. Hadi, Pr. dan Rm. Sandharma Akbar, Pr.), Silat Zulfikari (ajaran bela diri dari Qadiri Rifai Tariqa), Silat Elang Putih (perguruan beladiri yang didirikan/dikembangkan oleh Pak Enjum Bin Bangkel dan Hadiana Candra K, dan bertempat di Bogor. Merupakan aliran silat yang terdiri dari gabungan pencak silat aliran di Jawa Barat).Di beberapa daerah lain juga terdapat aliran-aliran silat. Di Minangkabau, terdapat Silat Bungo, Silat Sterlak, Silat Pauh, Silat Lintau, Silat Harimau, dan Silat Sabandar. Di Betawi terdapat: Silat Cingkrik, Silat Silau Macan, Silat Sabeni, Silat Tiga Berantai, Silat Gerak Saka, Silat Paseban, Silat Si Kilat, Silat Kancing 7 Bintang 12 Naga berenang, dan Silat Gombel. Di Jawa Barat terdapat Silat Cimande, Silat Cikalong Silat Serak, Silat Depokan, Gerak Badan Pencak Margaluyu Pusat, dan Silat Padjajaran Nasional. Di Jawa Tengah terdapat Silat Perpi Harimurti, Pusaka Sakti Mataram Lakutama, dan Perguruan Pencak Silat Cepedi (Cepat Pembelaan Diri). Di Jawa Timur dan Madura terdapat Silat Bawean dan Silat Cempaka Putih, dan di Bali terdapat Silat Bakti Negara, Silat Kerta Wisesa, Silat Seruling Dewata, Silat Gobleg, Silat Sitembak, dan Mepantigan.Banyaknya aliran dan perguruan silat di Indonesia ini menunjukkan betapa pencak silat merupakan budaya dan tradisi yang sudah mendarah daging bagi masyarakat Indonesia. Karena itu tidak heran jika hampir di setiap daerah, bahkan di tingkat desa ataupun dusun di Indonesia terdapat anggota dari aliran-aliran silat tersebut.
C.Karakteristik
Sebagai bagian tak terpisahkan dari pencak silat,PSHT juga mempunyai karakteristik sebagaimana yang terdapat pada pencak silat-pencak silat pada umumnya, seperti sikap dan gerak, teknik, jurus maupun aspek dan pembentuk, serta tingkat kemahiran.
1. Sikap dan Gerak.
Pencak silat ialah sistem yang terdiri atas sikap (posisi) dan gerak-gerik (pergerakan). Ketika seorang pesilat bergerak ketika bertarung, sikap dan gerakannya berubah mengikuti perubahan posisi lawan secara berkelanjutan. Segera setelah menemukan kelemahan pertahanan lawan, maka pesilat akan mencoba mengalahkan lawan dengan suatu serangan yang cepat.
2. Teknik
Pencak Silat memiliki macam yang banyak dari teknik bertahan dan menyerang. Praktisi biasa menggunakan tangan, siku, lengan, kaki, lutut dan telapak kaki dalam serangan. Teknik umum termasuk tendangan, pukulan, sandungan, sapuan, mengunci, melempar, menahan, mematahkan tulang sendi, dan lain-lain.
3. Jurus
Pesilat berlatih dengan jurus-jurus. Jurus ialah rangkaian gerakan dasar untuk tubuh bagian atas dan bawah, yang digunakan sebagai panduan untuk menguasai penggunaan teknik-teknik lanjutan pencak silat (buah), saat dilakukan untuk berlatih secara tunggal atau berpasangan. Penggunaan langkah, atau gerakan kecil tubuh, mengajarkan penggunaan pengaturan kaki.
Saat digabungkan, itulah Dasar Pasan, atau aliran seluruh tubuh.
4. Aspek dan bentuk
Terdapat 4 aspek utama dalam pencak silat, yaitu:
a. Aspek Mental Spiritual: Pencak silat membangun dan mengembangkan kepribadian dan karakter mulia seseorang. Para pendekar dan maha guru pencak silat jaman dahulu seringkali harus melewati tahapan semadi, tapa, atau aspek kebatinan lain untuk mencapai tingkat tertinggi keilmuannya.
b. Aspek Seni Budaya: Budaya dan permainan "seni" pencak silat ialah salah satu aspek yang sangat penting. Istilah Pencak pada umumnya menggambarkan bentuk seni tarian pencak silat, dengan musik dan busana tradisional.
c. Aspek Bela Diri: Kepercayaan dan ketekunan diri ialah sangat penting dalam menguasai ilmu bela diri dalam pencak silat. Istilah silat, cenderung menekankan pada aspek kemampuan teknis bela diri pencak silat.
d. Aspek Olah Raga: Ini berarti bahwa aspek fisik dalam pencak silat ialah penting. Pesilat mencoba menyesuaikan pikiran dengan olah tubuh.
Kompetisi ialah bagian aspek ini. Aspek olah raga meliputi pertandingan
dan demonstrasi bentuk-bentuk jurus, baik untuk tunggal, ganda atau regu. Bentuk pencak silat dan padepokannya (tempat berlatihnya) berbeda satu sama lain, sesuai dengan aspek-aspek yang ditekankan. Banyak aliran yang menemukan asalnya dari pengamatan atas perkelahian binatang liar. Silat-silat harimau dan monyet ialah contoh dari aliran-aliran tersebut. Ada pula yang berpendapat bahwa aspek bela diri dan olah raga, baik fisik maupun pernapasan, adalah awal dari pengembangan silat.
5. Tingkat kemahiran
Secara ringkas, murid silat atau pesilat dibagi menjadi beberapa tahap atau tingkat kemahiran, yaitu:
a. Pemula, diajari semua yang tahap dasar seperti kuda-kuda, teknik tendangan, pukulan, tangkisan, elakan, tangkapan, bantingan, olah tubuh, maupun rangkaian jurus dasar perguruan dan jurus standar IPSI
b. Menengah, di tahap ini, pesilat lebih difokuskan pada aplikasi semua
gerakan dasar, pemahaman, variasi, dan disini akan mulai terlihat minat dan bakat pesilat, dan akan disalurkan kepada masing-masing cabang, misalnya Olahraga & Seni Budaya.
c. Pelatih, hasil dari kemampuan yang matang berdasarkan pengalaman di tahap pemula, dan menengah akan membuat pesilat melangkah ke tahap selanjutnya, dimana mereka akan diberikan teknik-teknik bela diri perguruan, dimana teknik ini hanya diberikan kepada orang yang memang dipercaya, dan mampu secara teknik maupun moral, karena biasanya teknik bela diri merupakan teknik tempur yang sangat efektif dalam melumpuhkan lawan / sangat mematikan .
d. Pendekar, merupakan pesilat yang telah diakui oleh para sesepuh
perguruan, mereka akan mewarisi ilmu-ilmu rahasia tingkat tinggi. Berdasarkan karakteristik umum pencak silat di atas, pada PSHT terdapat karakteristik khusus yang membedakannya dengan organisasi atau aliran pencak silat lainnya.
Diantara karakteristik khusus tersebut adalah:
1) Untuk menjadi saudara pada Persaudaraan Setia Hati Terate,sebelumnya seseorang itu terlebih dahulu harus mengikuti pencak silat dasar yang dimulai dari sabuk hitam, merah muda, hijau dan putih kecil. Pada tahap ini seseorang tersebut disebut sebagai siswa atau calon saudara.
2) Selama dalam proses latihan pencak silat, seorang pelatih/warga (saudaraSH) juga memberikan pelajaran dasar ke-SH-an secara umum kepada para siswa.
3) Setelah menamatkan pencak silat dasar tersebut, seseorang yang dianggap sebagai warga atau saudara SH adalah apabila ia telah melakukan pengesahan yang dikecer oleh Dewan Pengesahan. Dewan pengesahan ini termasuk saudara SH yang terbaik dari yang terbaik yang dipilih melalui musyawarah saudara-saudara SH. Proses kecer tersebut berlangsung pada bulan Syura. Adapun syarat yang harus disediakan dalam pengeceran antara lain: Ayam jago, mori, pisang, sirih, dan lain sebagainya sarat-sarat yang telah ditentukan.
4) Dalam proses pengeceran ini, kandidat diberi pengisian dan gemblengan jasmani dan rohani dan ilmu ke-SH-an serta petuah-petuah, petunjuk-petunjuk secara mendalam dan luas. Saudara SH yang baru disahkan tersebut, dalam tingkatan ilmu disebut sebagai saudara tingkat I (erste trap).
5) Pada PSHT juga dibagi dalam tiga jenis tingkatan saudara yaitu saudara SH Tingkat I (ester trap), Tingkat II (twede trap), tingkat III (derde trap).
6) Pada PSHT diajarkan 36 jurus pencak silat yang merupakan warisan dari Ki Ngabei Soerodiwirjo. Jurus-jurus tersebut merupakan ramuan dari beberapa aliran pencak silat yang berada di nusantara, di antaranya dari Jawa Barat, Betawi (Jakarta),dan Minangkabau.
Read more