PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam penelitian Tenis Meja cukup banyak tehnik-tehnik dasar termasuk cara memegang Bed, servis maupun tehnik pukulan. Memang kita lihat gerakan pada permainan Tenis Meja sangat mudah sekali dalam menempatkan bola ke daerah lawan, tetapi dalam pelaksanaannya Atlet mengalami kesulitan terutama mengarahkan bola ketempat yang sulit dijangkau lawan.
Dalam permainan Tenis Meja cara memegang bed akan ikut menentukan teknik permainan, stroke dan cara mengembangkan permainan itu sendiri. Pada permainan Tenis Meja banyak mempergunakan dua jenis grip atau pegangan yaitu satu grip untuk pukulan di sisi kanan atau porhand stroke dan grip lainnya untuk pukulan di sisi kiri atau backhand grip. Cara seperti ini sebenarnya kurang efesien karena pada waktu bertanding tidak ada waktu untuk berpikir dalam mengganti-ganti grip. Untuk mengatasi masalah ini maka dalam permainan Tenis Meja dikenal dua jenis grip Shakenhand grip dan penholder grip yang masing-masing mempunyai variasi, keuntungan dan kekurangan.
Berdaarkan gejala tersebut di atas peneliti ingin mengetahui mana yang lebih tepat dari kedua jenis pegangan tersebut sehingga dalam penelitian ini ingin mengadakan penelitian yang berjudul “Study Perbandingan Pegangan Sakendhand Dengan Penholder Terhadap Ketepatan Pukulan Pada Permainan Tennis Meja Pada Siswa Kelas II SMP Negeri 3 Pringgabaya Kabupaten Lombok Timur Tahun Pelajaran 2007/2008.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian tersebut di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : Apakah ada perbedaan antara pegangan sakenhand dan penholder terhadap ketepatan pukulan pada permainan Tenis Meja
C. Tujuan Penelitian
Dengan adanya tujuan yang jelas dapat dijadikan pedoman dan agar dapat tercapai tujuan yang diharapkan.
Tujuan penelitian ini adalah “untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara pegangan sakenhand dengan penholder terhadap ketepatan pukulan pada permainan Tenis Meja”
D. Signifikansi Penelitian
1. Signifikansi Teoritis
Signifikansi Teoritis artinya kegunaan bagi para ilmuan (Indun, 1988 hal : 11)
Adapun Signifikansi Teoritis dalam penelitian ini adalah:
1.1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman bagi para ilmuan olahraga dalam menerapkan tehnik pegangan dalam permainan Tenis Meja.
1.2. Hasil penelitian dapat dijadikan pedoman bagi para Pembina dan peneliti Tenis Meja, untuk melatih cara memegang bed yang benar dan efisien.
1.3. Bagi peneliti lain diharapkan termotivasi dalam mengadakan penelitian secara mendalam tentang penelitian Tenis Meja yang belum dijangkau dalam penelitian ini
2. Signifikansi Praktis
Signifikansi peraktis artinya kegunaan bagi pelaksanan (Indun, 1986 ; hal 11).
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu sebagai tambahan iformasi dalam rangka memajukan Tenis Meja, khususnya bagi guru Penjaskes/Pembina olahraga pada Siswa Kelas II SMP Negeri 3 Pringgabaya Kabupaten Lombok Timur Tahun Pelajaran 2007/2008, karena dengan menggunakan pegangan sakenhand dan penholder yang baik dan tepat maka akan lebih baik hasil yang dicapai dalam usaha meningkatkan prestasi olahraga Tenis Meja yang ada di Nusa Tenggara Barat ini.
E. Hipotesis Penelitian
Dalam buku metode penelitian dijelaskan bahwa “Hipotesis adalah Jawaban sementara terhadap permasalahan yang secara teoritis dan dianggap paling untung atau paling tingkat kebenarannya “(Margono, tahun 1997;62) ahli lain mengatakan bahwa “hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti kebenarannya” (Arikunto, tahun 1989;62)
Dari kedua pendapat di atas, maka yang dimaksud dengan hipotesisi adalah pernyataan atau jawaban yang bersifat sementara dari permasalahan penelitian
Sehubungan dengan penelitian ini, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Apakah ada perbedaan antara pegangan shakehend dengan penholder terhadap ketepatanpukulan Pada Siswa Kelas II SMP Negeri 3 Pringgabaya Kabupaten Lombok Timur Tahun Pelajaran 2007/2008.
F. Asumsi
Asumsi adalah anggapan suatu masalah atau fakta yang sudah mengandung kebenaran tanpa melakukan pembuktian. Hal ini sesuai dengan pendapatan yang mengatakan “Apakah dasar adalah suatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai hal yang dipakai untuk berpijak dalam melaksanakan penelitian” (Suharsimi Arikunto, tahun 1983; hal 15). Ahli lain mmengatakan bahwa “Anggapan dasar adalah suatu titik tolak pemikirannya diterima oleh penyelidik) Winarwo Surakhmad, tahun 1972 ; hal 92)
Atas dasar pertimbangan asumsi di atas maka penelitian menggunakan asumsi sebagai berikut:
1. Asumsi dari segi teoritis
1.1. Pemain yang memiliki pegangan yang baik akan dapat melakukan pukulan yang tepat dan dapat menempatkan bola ketempatan yang sulit dijangkau lawan, sehingga permainan tersebut mendapat keuntungan dalam melakukan serangan pada permainan Tenis Meja.
2. Asumsi dari segi metodik
Penelitian ini dapat terlaksanan karena didukung oleh metodik penelitian antara lain :
Metode penentuan subyek adalah study populasi
Metode pengumpulan data adalah metode tes perbuatan dan documenter
Metode analisis data adalah analisis statistic dengan rumus t-test
3. Asumsi dari segi pelaksanaan
Penelitian ini akan terlaksanan jika :
Datanya jelas
Sumber data ada
Hubungan sumber data dengan peneliti baik
Lokasi dapat dijangkau oleh peneliti, baik dilihat dari segi waktu, tenaga maupun biaya
G. Ruang Lingkup Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian ini maka ruang lingkup penelitian perlu dibatasi.
1. Subyek yang diteliti adalah Tennis Meja Pada Siswa Kelas II SMP Negeri 3 Pringgabaya Kabupaten Lombok Timur Tahun Pelajaran 2007/2008.
2. Obyek yang diteliti terbatas pada studi perbandingan antara pegangan shakehand dengan penholder terhadap ketepatan pukulan Tennis Meja Pada Siswa Kelas II SMP Negeri 3 Pringgabaya Kabupaten Lombok Timur Tahun Pelajaran 2007/2008.
H. Cara Pendekatan
Cara pendekatan dalam suatu penelitian pada umumnya dapat dibagi dua yaitu :
1. Pendekatan Eksperimen
Pendekatan eksperimen adalah suatu pendekatan di mana gejala yang akan diteliti ditimbulkan secara sengaja artinya gejala yang hendak diselidiki oleh pihak peneliti dibentuk dalam suasana buatan untuk selanjutnya dapat dilakukan pengamatan secara teliti.
2. Pendekatan Empiris
Pendekatan empiris ini mengisyaratkan bahwa gejala yang diselidiki telah muncul dengan sendirinya tanpa melibatkan pihak lain
Pemikiran ini didasarkan pada pendapat yang mengatakan “Pendekatan metode eksperimen adalah cara pendekatan yang digunakan dimana situasi dan kondisi ditimbulkan dengan sengaja dijadikan obyek penelitian (Masrun tahun 1972; hal 7)
Jadi dalam penelitan ini penulis menggunakan pendekatan eksperimen, karena gejala yang diselidiki atau diteliti dalam pennelitian ini dilakukan dengan sengaja.
I. Definisi Operasional Variabel
Untuk tidak terjadi salah pengertian mengenai istilah-istilah yang terdapat pada judul tersebut, maka penulis menjelaskan maksud dan beberapa istilah tersebut antara lain:
1. Study
Menurut Poerwadarminta kata study mempunyai arti “Mengadakan penyelidikan (Poerwadarminta, tahun 1987 ; hal 965)”. Sedangkan ahli lain mengatakan study berarti pelajaran yang menggunakan waktu dan pikiran untuk memperoleh pengetahuan (Zaenal Arifin, 1984; hal 186).
Bertitik tolak pada pendapat di atas, maka study yang dimaksud penulis adalah “suatu penyelidikan atau mempelajari untuk dapat memahami suatu masalah untuk dijadikan
2. Perbandingan
Kata perbandingan biasa dipergunakan untuk mengetahui kedudukan dari suatu benda atau perkara lain. Kata perbandingan mempunyai arti “Perbandingan beberapa benda atau perkara” (Poerwadarminta, tahun 1976; hal 84).
Sedangkan menurut ahli lian mengatakan perbandingan kata dasarnya “Banding” berarti membandingkan, menyamakan yaitu benda atau persamaan (Horahap. E.S.T. tahun 1954;hal 29).
Jadi perbandingan penulis maksud adalah suatu perbandingan untuk mengetahui perbedaan yang satu dengan yang lain.
3. Shkehand Grip
Shakehand grip adalah cara memegang bed seperti halnya kita menjabat tangan seseorang (Dra. Moekarto Merinan. M.Pd. tahun 2004 hal
787). Keuntungan dari pegangan ini adalah kedua muka bed dapat dipergunakan, selain itu pemain dapat melakukan forehand stroke dan tanpa mengubah pegangan bed.
4. Penholder Grip
Penholder Grip adalah cara memegang bed seperti halnya kita memegang bolpoin (Dra. Moekarto merinan, M.Pd tahun 2004 ; hal 787). Dengan penholder grip pemain hanya dapat mempergunakan suatu Permukaan bed, baik untuk forehand stroke maupun untuk backhand stroke.
5. Ketepatan Pukulan
Menurut seorang ahli mengatakan ketepatan adalah “Ketepatan individu menempatkan bola atau mengarahkan bola berada di atas meja, daerah mana yang terbaik bola jatuh pada petak yang bernomor 1,2,3,4,5,6,7,8 dan 9 petak meja (Soetomo, tahun 1987 ; hal 556)
Yang dimaksud dengan ketepatan pukulan pada penelitian ini adalah ketepatan individu menempatkan bola atau mengarahkan bola ketempat yang tidak bisa dijangkau oleh lawan pad saat bola berada di atas meja.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan dibahas hal-hal yang berhubungan dengan teori yang dijadikan pendukung pelakana penelitian. Teori-teori yang dimaksud sebagai berikut A. Sejarah Permainan Tenis Meja B. Tehnik dan Starategi Permainan Tenis Meja C. Peralatan/Pasilitas Permainan Tenis Meja D. Perbandingan Pegangan Shakehand dengan Penholder Terhadap Ketepatan Pukulan Pada Permainan Tenis Meja.
A. Sejarah Permainan Tenis Meja
Tennis Meja dahulu lebih dikenal dengan nama pingpong sebagai hasil perkenaan bola dengan meja. Tennis meja ini tidak begitu banyak diketahui dengan pasti darimana asalnya, kapan ditemukan dan siapa penemunya.
Hanya dari beberapa literatur yang ada bahwa pada akhir abad 19 bebrapa opsir dari daerah koloni Inggris di Afrika selatan telah mengadakan suatu permainan tenis di atas meja sebagai reaksi diwaktu luang dan meja yang dipergunakan belum ada peraturan yang menentu.
Kemudian pada abad ke 20, permainan ini mengalami perkembangan terutama di Negeri Inggris dan benua Eropa pada umumnya dan tidak ketinggalan pula bentuk raket dan bola yang dipergunakan disempurnakan, Pada bulan desember 1926, di kota London (Inggris) diadakanlah suatu konfrensi antar negara-negara peserta dan dari hasil konfrensi tersebut dibentuklah fedrasi tenis meja atau ping-pong Internasional yang disingkat menjadi ITTF (International Table Tennis Fedration) dengan Mr. Ivot Montagu dari negeri Inggris sebagai ketuanya.
Olahraga tenis meja atau ping-pong di Indonesia baru dikenal pada tahun 1930 dan inipun yang memainkan masih terbatas sekali yaitu orang-orang Belanda buat rekreasi, sedangkan bangsa pribumi masih terbatas pada keluarga tertentu. Dan pada tahun 1940 sudah banyak dimainkan oleh orang-orang pribumi terutama di sekolah-kolah dan di kantor-kantor yang mengakibatkan timbulnya beberapa klub ditiap-tiap kotadi Indonesia.
Pada tanggal 5 oktober 1951 di Surabaya diadakan kongres yang pertama kalinya dan telah menghasilkan suatu Ikatan Tenis Meja se Indonesia yang disebut dengan nama Persatuan Ping-Pong Seluruh Indonesia (PPPSI).
Pada tahun 1958 pada kongres yang di adakan di Surabaya diadakan suatu kongres tenis meja atau ping-pong yang mana keputusannya yang diambil antara lain merubah nama persatuan ping-pong seluruh Indonesia menjadi Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PTMSI). Brgitu pula pada tahun 1960 PTMSI diterima menjadi Pedrasi Tenis Meja Asia yang disebut TTFA (Table Tenis Fedration Of Asia) dan pada tahun 1961 PTMSI telah diterima menjadi anggota Fedrasi Tenis Meja International yang disebut ITTF.
B. Tehnik dan Starategi Permainan Tennis Meja
1. Pengertian Tehnik
Tehnik yang dimaksud mengandung pengertian yang pada umumnya tidak jauh berbeda dengan yang dirumuskan sendiri adalah sebagai berikut :
“Tehnik adalah kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu gerakan secara efisien dan produktif secara terarah (Sudiro, tahun 1976 ; hal 26).” Ahli lain mengatakan “Tehnik adalah suatu proses melahirkan pembuktian dalam perakek sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas (Jan Tolalesi, tahun 1980 ; hal 26)”
dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tehnik adalah kemampuan seseorang untuk melakukan suatu gerakan secara efisien dan produktif dalam peraktek untuk menyelesaikan tugas.
2. Tehnik-Tehnik Dasar Tenis meja
Dalam permainan Tenis Meja cara memegang bed akan ikut menentukan tehnik permainan stroke dan cara mengembangkan permainan itu sendiri, cara memegang bed tidaklah terlalu sulit karena pegangannya kecil.
Dalam permainan Tenis Meja dikenal dua jenis grip, yaitu shakenhand grip dan penholder grip, yang masing-masing mempunyai pariasi berbeda dalam penggunaannya antara lain:
3.1. Shakenhand Grip
Shakenhand Grip atau pegangan berjabat tangan ini adalah cara memegang seperti halnya kita berjabat tangan, cara ini sangat populer di Eropa dan Amerika. Keuntungannya dari pegangan ini adalah kedua muka bed dipergunakan, selain itu pemain dapat melakukan forehand stroke dan tanpa mengubah pegangan bed.
3.2. Penholder Grip
Penholder grip atau pegangan pena adalah cara ini lebih dikenal di Asia dengan penholder grip pemain hanya dapat mempergunakan suatu permukaan bed, baik untuk permukaan porehand stroke maupun backhand stroke
Dari kedua jenis pegangan tersebut ada dua hal yang perlu diperhatikan antara lain :
a. Pegangan jangan terlalu kuat dan erat karena apabila bed dipegang terlalu erat, maka tangan akan kaku sehingga gerakan menjadi lambat. Hal ini menyebabkan pengembalian bola yang sukar untuk dikontrol, lebih-lebih apabila lawan memiliki pukulan top spin yang baik atau memiliki yang keras
b. Harus mampu memainkan bed artinya seorang pemain harus mampu mengatur kemiringan atau sudut permukaan bed. Apabila ini dapat dilakukan dan sesuai dengan jenis pukulan lawan, maka semua serangan atau pukulan lawan dapat dibendung dan dikembalikan dengan baik.
Mengenai besar kecilnya sudut bed sukar ditentukan, artinya seorang pemain tidak dapat mengetahui berapa derajat bed yang dipegang menghasilkan pukulan tertentu. Olehkarena itu kemiringan bed yang digerakkan oleh seorang pemain pada waktu memeukul bola harus disesuaikan dengan jenis pukulan yang dikehendaki, untuk menguasai hal itu diperlukan pengalaman dan latihan yang berulang-ulang.
3. Strategi
Dalam strategi banyak mencakup unsur-unsur yaitu : pertama menganalisa kekurangan sendiri, dan yang kedua menganalisa pada pihak lain. Permainan lawan harus dipelajari agar diketahui kelemahannya begitupula sebaliknya. Seorang pemain harus bisa menyembunyikan kelemahannya, jadi seorang pemain hendaknya dapat menguasai berbagai macam pola permainan agar pihak lawan tidak cepat dapat menguasai permainannya.
Beberapa petunjuk yang dapat dijadikan pedoman dalam strtegi bermain tenis meja antara lain :
3.1. Pukulan bola harus keras kearah dari posisi lawan
3.2. Pukulan bola sejauh mungkin dari posisi lawan
3.3. Mengusahakan pihak lawan berlari sebanyak mungkin agar kita mempunyai kesempatan untuk menyerang.
3.4. Mengusahakan pola permainan yang berubah, dengan demikian pihak lawan tidak mudah mengetahui arah pukulan yang akn dilakukan.
3.5. Mengusahakan pukulan yang tidak mudah diterka oleh pihak lawan.
C. Peralatan/Pasilitas Permainan Tenis Meja
1. Meja
Permukaan meja tempat bermain harus berbentuk segi empat, dengan panjang 2,74 M dan lebar 1,525 M, dan harus datar dengan ketinggian 76 cm di atas lantai. Permukaan bola boleh terbuat dari bahan apa saja, namun harus menghsilkan pantulan sekitar 23 cm dari bola yang di jatuhkan dari ketinggian 30 cm
Seluruh permukaan harus berwarna gelap dan pudar dengan garis putih selebar 2 cm pada tiap sisi panjang dan sisi lebar meja. Untuk ganda setiap bagian meja harus dibagi dalam dua bagian yang sama dengan garis tengah berwarna putih selebar 3mm
2. Perangkat Net
Perangkat net harus terdiri dari net, perpanjangannya dan kedua tiang penyangga.termasuk kedua penjempit yang diletakkan kemeja. Ketinggian sisi atas net secara keseluruhan harus 15,25 cm di atas permukaan meja
3. Bola
Bola harus bulat dengan diameter 40 mm, berat bola harus 2,7 gram, bola terbuat dari Celulos (Celloid), atau sejenis bahan pelastik dan harus berwarna putih atau oranye
4. Bad/Raket
Ukuran berat dan bentuk bed tidak ditentukan tetapi daun bed harus datar dan kaku, ketebalan bed minimal 85% terbuat dari kayu, dapat dilapisi dengan bahan perekat yang berserat, seperti fiber karbon atau fiber gelass.
Karet penutup daun bed tidak melebihi bed itu sendiri, kecuali pada bagian yang terdekat dari kayu yang pegang dan yang ditutupi oleh jari-jari, yang ditutupi oleh bahan lain atau tidak ditutupi.
5. Pakaian
Pakaian bertanding biasanya terdiri dari kaos lengan pendek atau tanpa lengan, celana pendek atau rok khusus perempuan, sepatu, kaos kaki, pakaian lain seperti training spak tidak dapat digunakan kecuali atas izin Referee/Wasit. Warna dasar pakain harus berbeda dari warna bola yang digunakan.
D. Perbandingan Pegangan Shakehand dengan Penholder Terhadap Ketepatan Pukulan Pada Permainan Tenis Meja.
1. Shakenhand Grip (Pegangan Jabat tangan)
Memegang bed dengan jabat tangan sama seperti kita berjabat tangan, yaitu bila gagang atau pegangan bed disodorkan seolah-olah sebagai tangan yang disalami, cara ini sangat populer di Eropa dan Amerika.
Keuntungan dari pegangan ini adalah kedua muka bed dapat dipergunakan, selain itu pemain dapat melakukan forehand stroke dan tanpa merubah pegangan bed. Sebaliknya memegang bed tidak terlalu kuat atau erat karena akan menyebabkan tangan akan kaku sehingga gerakan akan menjadi lambat, hal ini akan mengakibatkan pengembalian bola yang sukar untuk di kontero, lebih-lebih apabila lawan memiliki pukulan top spin yang baik dan keras.
2. Penholder Grip (Pegangan pena)
Memegang bed dengan penholder grip caranya sama seperti kita memegang pena, yaitu antara ibu jari dan jari telunjuk dipisahkan oleh gagang/pegangan bed dan ketiga jari lainnya ada di belakang bed
Memegang bed dengan cara ini, biasanya dipergunakan oleh pemain yang mempunyai gaya normal menyerang karena mempunyai waktu yang lebih cepat dalam mengembalikan bola yang diakibatkan oleh perkenaan bola terhadap suatu permukaan bed.
Cara memegang gaya pegangan tungkai pena sangat baik untuk melakukan pukulan dengan bagian belakang dan bagian muka bed. Dimana ayunan bagi gelombang sewaktu memeukul bola yang datang dari lawan, sulit ditangkap oleh lawan yaitu pada waktu dia memegang bednya tidak diketahui apakah akan melakukan pelintiran bola pada puncak bed, sisi bed, atau dari balik bed.
3. Ketepatan Pukulan
Menurut Arma Abdullah, M.Sc. ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalampukulan baik dalam pegangan shakenhand maupun penholder yaitu :
a. Ayunan ke belakang dan titik perhatian becking, pada waktu bola akan datang putarlah badan kearah kiri sehingga menghadap kearah samping meja atau garis tepi, berat badan berada pada kaki kiri, bersamaan dengan gerakan tersebut, tariklah bed kebelakang dan tongkat bed menghadap sedikit ke bawah.
b. Saat berkenaan bola dengan bed (titik perkenaan) ; “bersamaan dengan berpindahnya berat badan dari kanan ke kiri dan pada saat itu bola berada di samping kanan badan, maka saat perkenaan bola dengan bed. Apabila bola berada agak di depan badan maka langkah kaki kiri kedepan sehingga mengakibatkan perkenaan bola dengan bed tepat pada sasaran.
c. Gerakan lanjut (Follow Throght)” jadi gerakan lanjutan ini mengangkat bola untuk dapat melewati jaring , selanjutnya memantulkan meja lawan, ayunan kebelakang, saat perkenaan bola dengan bed dan gerakan lanjutan ini merupakan gerakan keseluruhan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, jadi merupakan satu kesatuan pukulan.
0 komentar